Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman ku tentang naik pisang ngambang ini akan terkesan norak. Kampungan. Terlalu biasa. Ngga ada faedahnya sama sekali. Tapi yang namanya pengalaman pertama, meskipun cuma misal; pertama kali mandi pake air anget, di hotel, dengan bak mandi yang bentuknya cangkir, yang kalau ngga sengaja kejatuhan teh celup ama gula aja, bakalan jadi teh anget Rp.2000-an. Tapi ya akan tetap berkesan dan teringat selalu gitu. Apalagi kalo untuk menyalakan airnya saja, kudu nelpon pelayan kamar hotelnya terlebih dahulu. Karena ternyata... kran untuk nyalain airnya, itu ditekan. Bukan di puter. Gaes!
*bentar... Ini pengalaman pribadi ya bang?*
#uhuk #uhuk #uhuk #ekhm
Bedewe eniwe baswe #RIPEnglish. Pisang ngambang yang aku maksud disini ialah sebuah wahana permainan biasanya ada di pantai, tak terkecuali Pantai Sembilan Gili Genting. Bentuknya mirip pisang memanjang. Warnanya kuning. Bisa dinaikin. Cara mainnya ditarik-tarik pake speed boat. Dan yang pasti, benda ini ngga bau. Relax. Anak hitz yang follower instagramnya dibawah 1K sih, nyebutnya Banana Boat.
*bentar... Ini pengalaman pribadi ya bang?*
#uhuk #uhuk #uhuk #ekhm
Bedewe eniwe baswe #RIPEnglish. Pisang ngambang yang aku maksud disini ialah sebuah wahana permainan biasanya ada di pantai, tak terkecuali Pantai Sembilan Gili Genting. Bentuknya mirip pisang memanjang. Warnanya kuning. Bisa dinaikin. Cara mainnya ditarik-tarik pake speed boat. Dan yang pasti, benda ini ngga bau. Relax. Anak hitz yang follower instagramnya dibawah 1K sih, nyebutnya Banana Boat.
foto oleh : @ilhambagus.p |
Kesempatan untuk merasakan bagaimana sensasi naik pisang ngambang ini, sebenarnya adalah bagian dari agenda #LenjelenBareng Komunitas Blogger Madura (Plat-M) ke Gili Genting. Berlokasi di Pantai Sembilan, rombongan kami harus dibagi menjadi dua kelompok. Karena kuota pisang ngambangnya ini hanya bisa menampung tujuh orang saja sekali jalan.
Baca juga : Pulau Gerah itu, Biasa di Panggil Gili Genting
Kelompok pertama meluncur dengan girangnya. Basah-basahan. Teriak-teriak ngga jelas. Tertawa bahagia. Norak parah! Malu-maluin! Haha. Aku? Aku sementara ditugasi sebagai seorang kameraman. Yang pada kenyataannya, malah sibuk maen sendiri sih.
Hingga akhirnya mereka kembali ke tepian dengan wajah yang senang, tapi ‘agak gimana gitu’. Bukan karena diputusin mantan pas lagi naik pisang ngambang lho ya. Karena kalo udah mantan ya artinya ngga bakalan bisa diputusin #lol #apasih. Tapi karena mereka ngga jatuh ke laut ketika naik pisang ngambang. Padahal, menurut ‘katanya-katanya’ yang sudah pernah naik pisang ngambang, puncak keseruan naik pisang ngambang adalah saat jatuh terhempas ke lautan.
Kelompok pertama... Kalian lemah!
Sadar akan hal itu, aku dan teman-teman yang ikut kelompok kedua, mulai menyusun rencana untuk jatuh
Aku pun masih terus berusaha mencari. Dan kali ini benar-benar di badan pisang ngambang. Namun, masih tak bisa ku temukan juga. Usut punya usut ternyata eh ternyata
Speed boat berangkat dengan tali yang sudah terikat kuat diujung pisang ngambang kami. Cipratan air laut mulai yang menghempas muka, rambut, bahkan bulu hidungku. Membuatku entah kenapa juga jadi persis kayak kelompok sebelumnya. Teriak-teriak gak jelas, bak nembak gebetan dan diterima ketika nonton konser JKT48. Sopir pun mulai memutar kendali speed boat ke kanan dan kiri. Kami pun meresponnya dengan rencana yang sudah disusun sebelumnya. Ya, kami ingin jatuh.
Hingga akhirnya, setelah beberapa kali belokan. Pisang ngambang yang kami tumpangi benar-benar oleng dan menghempaskan semua yang ada diatasnya ke laut. Entah itu orangnya, kegelisahannya, kecuali hutangnya sih. Hutang harus tetap di bayar lho gaes. Haha. Aku masih ingat betul bagaimana rasanya hempasan kala itu. Tepat saat aku terjatuh ke dalam air, aku merasakan benturan di belakang kepalaku. Entah itu mungkin kaki, bokong atau mungkin perasaan yang tak terbalaskan di masa lalu. Untungya, karena sedang ada di dalam air benturan yang terjadi tidak terasa sakit. Hanya beberapa detik mungkin, hingga akhirnya kami semua kembali mengapung karena pelampung yang kami kenakan. Ternyata memang benar apa yang dikatakan ‘katanya-katanya’ di luar sana. Sensasi ketika jatuh dari pisang ngambang, dan lalu jadi manusia ngambang dilautan, itu seru. Parah. Bodolah dibilang norak. Hahaha.
foto oleh : @zamsjourney |
Karena sensasi tadi pula, kelompok kami pun terjatuh hingga 3 kali lagi. Namun untuk jatuh yang selanjutnya, benturan-benturan seperti diawal tadi bisa diminimalisir. Tipsnya adalah dengan segera melepaskan pegangan tangan kita, ketika dirasa sudah mau jatuh ke laut. Sensasinya masih sama seru. Namun selaras juga dengan rasa capeknya. Jatuh dari pisang ngambang benar-benar akan menguras tenaga. Karena untuk kembali naik ke atas pisang ngambang tadi, itu susahnya minta ampun. Bahkan lebih susah dan capek dari ngode ke gebetan yang urat peka-nya udah digadaikan. Lisensi pro-toiletman ku rasanya pengen diganti buat jadi cicak-man supaya bisa gampang naiknya lagi.
Senja yang mulai menjingga menemani sisa putaran terakhir kelompok kami. Ah, benar-benar pengalaman yang super seru. Faedahnya emang kurang sih, tapi berkesannya itu yang membuat pengen naik lagi dan jatuh-jatuhan lagi. Dan buat kelompok pertama yang ngga ngerasain jatuh... You don’t know what i feel man ~
Biaya untuk sekali naik pisang ngambang di Gili Genting ialah Rp.200.000,- untuk tujuh orang. Terima kasih untuk Plat-M yang sudah memberikan kesempatan untuk merasakan pengalaman naik pisang ngambang ini. Ditunggu kesempatan berikutnya ~
Wassalam!
apah kamu bilang kelompok pertama itu lemah?
BalasHapusAPAAAHHH???
#nggaksante
Lho... Lho... Ada yang nyebut-nyebut namaku. Haha, aku baru tahu kalau ada 8 orang. Hahaha ngga berhenti ketawa sejak baca dari awal tulisanmu. Good job!
BalasHapus#ngakak banget
BalasHapusDuh rugi banget aku gak bisa ikutan hiks hiks
BalasHapusAnamm... Kita gak lemah tapi kita sudah terbiasa tersakiti.. Apalagi cuma hempasan ombak.. Hahaha
BalasHapusdan.... para tersangka, peserta 'lemah' dari kelompok pertama pun muncul dengan pembelaannya masing-masing diatas :v
BalasHapus